
BANDUNG, ckpinfo.com – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyatakan optimisme terhadap perbaikan kondisi pasar kerja di Jawa Barat seiring dengan rencana ekspansi puluhan industri baru yang dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2026. Masuknya investasi baru ini dinilai akan menjadi kunci pemulihan ketenagakerjaan pasca gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa ribuan pekerja.
Dedi menegaskan bahwa arus investasi memiliki peran strategis dalam menciptakan lapangan kerja baru dan menyerap kembali tenaga kerja yang terdampak PHK.
“Bahwa 15.000 yang terkena PHK itu nanti ke depan akan terecovery dengan tumbuhnya lapangan kerja baru,” ujar Dedi dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (22/12/2025).
Menurutnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus aktif mendampingi proses rencana investasi agar dapat terealisasi tanpa hambatan, khususnya dalam aspek perizinan. Ia menyoroti bahwa persoalan ketenagakerjaan kerap muncul akibat kurangnya peran aktif pemerintah daerah dalam mengawal masuknya investasi.
“Kalau tidak rajin gubernurnya mengorkestrasi, turun ke bawah, ngurusin pembebasan perizinan, naik lagi ketemu menteri, ya akan terhambat,” tegasnya.
Berdasarkan Data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) 2025, tercatat sebanyak 31 industri Penanaman Modal Asing (PMA) dan 21 industri Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) akan mendirikan pabrik serta memulai kegiatan usaha baru di Jawa Barat. Seluruh proyek tersebut memiliki nilai investasi masing-masing di atas Rp 100 miliar.
Sejumlah perusahaan global seperti Unilever Indonesia, Shell Manufacturing Indonesia, dan Epic Medical Solutions, bersama produsen bahan baku farmasi serta alat kesehatan, dilaporkan melakukan ekspansi. Selain itu, sektor tekstil dan alas kaki masih menjadi daya tarik investor, dengan keterlibatan perusahaan seperti Changshin Reksa Jaya, Victory Chingluh Indonesia, dan Sing Wealth Textiles.
Untuk penanaman modal dalam negeri, sebanyak 21 perusahaan PMDN dijadwalkan mulai beroperasi pada 2026. Investasi tersebut mencakup sektor makanan dan minuman, otomotif, bahan bangunan, kimia dan plastik, tekstil, serta industri pendukung konstruksi dan manufaktur. Investor lokal besar yang terlibat antara lain Indofood CBP Sukses Makmur, Handal Indonesia Motor, National Assemblers, dan Polytama Propindo.
Sektor bahan bangunan dan konstruksi juga mendapat suntikan investasi dari Wijaya Karya Industri & Konstruksi, Jaya Beton Indonesia, dan Pan Asia Jaya Abadi. Sementara sektor tekstil dan kertas diperkuat oleh investasi dari Kertas Padalarang, Tristar Makmur Kartonindo, dan Sentral Bra Makmur, yang dinilai memiliki potensi besar dalam penyerapan tenaga kerja.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Nining Yuliastiani, menyebut realisasi investasi ini diproyeksikan memberikan efek berganda (multiplier effect) bagi perekonomian daerah.
“Dengan mayoritas proyek ditargetkan mulai beroperasi pada 2026, Jawa Barat diproyeksikan tetap menjadi kontributor utama investasi nasional dalam beberapa tahun ke depan,” ujarnya.
Ia menambahkan, kontribusi sektor perindustrian terhadap perekonomian Jawa Barat tercatat 40,29 persen pada Triwulan I, turun tipis menjadi 40,06 persen pada Triwulan II, dan kembali meningkat menjadi 40,94 persen pada Triwulan III 2025. Sementara sektor perdagangan relatif stabil di kisaran 14 persen.
“Secara keseluruhan, kontribusi dan realisasi investasi sektor perindustrian dan perdagangan dari Triwulan I hingga Triwulan III 2025 mencerminkan ketahanan sektor perindustrian dan stabilitas sektor perdagangan, yang menjadi landasan positif bagi penguatan kinerja ekonomi dan peningkatan kontribusi pada periode selanjutnya,” pungkas Nining.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama!